Sarasehan 110 Tahun Kebangkitan Nasional
RumahPeneleh.or.id, Jakarta – Sarasehan 110 Tahun Kebangkitan Nasional #HijrahUntukBangkit di Tugu Proklamasi Jakarta, kemarin malam (16/10) benar-benar di luar dugaan, meskipun ada sedikit kendala teknis dengan pihak pengelola Tugu Proklamasi, secara umum acara yang dimulai pukul 7 malam itu dapat terlaksana dengan baik.
Acara yang digelar dalam rangka peringatan lahirnya Sarekat Dagang Islam (16 Oktober 1905) sekaligus Tahun Baru 1437 Hijriyah menyedot perhatian para pecinta sejarah, aktivis pergerakan, mahasiswa, akademisi dan media untuk ikut duduk bersama, mengenang kembali periode Kebangkitan Nasional pertama di Indonesia yang dimotori oleh Sarekat Dagang Islam.
Acara dibuka dengan Orasi Kebudayaan sekaligus pembacaan Ode Untuk HOS Tjokroaminoto oleh Budayawan Zawawi Imron (Celurit Emas) yang datang jauh-jauh dari Pulau Madura untuk menghadiri acara ini.
Pada sesi kedua, Prof. Anhar Gonggong memaparkan Refleksi Kesejarahan dalam ranah pergerakan pejuang kemerdekaan di Indonesia. Profesor yang aktif sebagai sejarawan, peneliti sekaligus dosen di berbagai perguruan tinggi ini menyatakan keprihatinannya atas perpecahan-perpecahan di negeri ini, baik itu kelompok masyarakat, organisasi maupun kepartaian. Menurut Anhar Gonggong, banyak disharmonisasi di negeri ini diakibatkan perang kepentingan yang ujung-ujungnya pada perang kekuasaan.
Merenungi dinamika pergerakan di Indonesia, persaingan internal pada beberapa kelompok yang tidak beretika seolah memudarkan nilai kebudayaan asli Indonesia yang didasarkan pada gotong royong.
Sedangkan di sesi ketiga, adalah Kesaksian Sejarah oleh Ketua Umum DPP LT Syarikat Islam Djauhari Syamsuddin dan Presiden DPP LT Syarikat Islam Indonesia M. Chalif Ibrahim. M. Chalif Ibrahim dalam paparannya menjelaskan bahwa fakta sejarah tak bisa terus ditutupi. Sedang Djauhari menyatakan perlunya menguatkan nilai kebaikan dan religiusitas dalam bernegara.
Acara yang digelar cukup sederhana itu juga dihadiri Sekjen Partai Bulan Bintang Jurhum Lantong, Ketua Yayasan Rumah Peneleh Aji Dedi Mulawarman, Staf Khusus Mendikbud M. Chozin Amrullah, Ketua Dewan Pembina Barisan Nusantara Awalil Rizky, Ketua Umum PB HMI MPO Puji Hartoyo, Ketua Umum DPW Bara JP Jawa Timur Effendi, Pengurus Teras API Perubahan, Ketua Umum PB Pemuda Muslimin Indonesia Muhtadin Sabilly, Aktivis Sekolah Raya Haje Agustian, Formatur Pengurus Pusat Majelis Sinergi Kalam Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (Masika ICMI) Media Arief Rizqi dan M. Fajri, Ketua PUSPIN Jawa Timur Didik Supriyanto, dan banyak lagi aktivis kebudayaan dan pergerakan dari berbagai daerah.
Penyelenggara acara yang juga Ketua Yayasan Rumah Peneleh, Aji Dedi Mulawarman menyatakan pada penutupan acara bahwa Kebangkitan Nasional yang digerakkan oleh H. Samanhudi melalui Sarekat Dagang Islam, kemudian perjuangannya diteruskan HOS Tjokroaminoto dengan Sarekat Islam-nya dapat menjadi renungan historis.
Renungan historis bukan hanya memahami sejarah dalam konteks masa lalu, tetapi lebih penting adalah sejarah menjadi spirit masa kini untuk mendesain masa depan negeri yang lebih bermartabat, sebagai pusat pergerakan peradaban dunia.[]
Comments
No comment yet.