0 Rumah Peneleh | Catatan Kuliah Online Ramadhan “Kapan dan Bagaimana Memintanya menjadi Pasangan Hidup?”

Catatan Kuliah Online Ramadhan “Kapan dan Bagaimana Memintanya menjadi Pasangan Hidup?”

Kuliah Online

Catatan Kuliah Online Ramadhan “Kapan dan Bagaimana Memintanya menjadi Pasangan Hidup?”

Diselenggarakan oleh Yayasan Rumah Peneleh

Materi Disampaikan oleh Ust. Dr. Djalaluddin

Dilaksanakan tanggal 26 Mei 2018, pukul 15.00

Rahasia & Ghaib:

Kematian (ajal), Rizki (bagian), Jodoh (pasangan), Bahagia atau Derita

Apakah benar kita semua sudah ada jodohnya?

Ada dua hal yang senantiasa mengiringi kehidupan manusia, yaitu kehendak (masyi`ah) Allah dan ketentuan (qanun) Allah Swt.

Ketentuan (qanun) Allah berbicara bahwa, “Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?” (Al Nahl:72)

Tetapi boleh jadi kehendak (masyi`ah) Allah menginginkan lain. Bahwa ada yang hingga kematiannya tidak menemukan jodohnya. Allah menghendaki qanun (ketentuan) perjodohan itu tidak berlaku pada seseorang.

Kata Syeikh Mutawalli Sya`rawi, rahimahullah, bahwa bukanlah qanun “berpasangan” yang mengadakan jodoh bagi setiap orang, tapi kehendak Sang Pencipta qanun, yaitu Allah Swt, yang menghendaki seseorang mendapat jodohnya di dunia atau tidak. Itulah takdir. Bahwa jodoh itu rahasia Allah Swt., sebagaimana rizki kita juga dalam rahasia-Nya.

Untuk direnungkan: Menikah itu ….

Mencari istri/suami untuk diri? Atau mencari ibu/ayah untuk anak-anak?

Untuk direnungkan:

Bila menginginkan keturunan, anak yang bagaimana yang diingikan?

Apakah seperti Abdullah bin Mubarak? Abu Hanifah? Umar bin Abdul Aziz? Sa`id Nursi?

Tipe anak yang diinginkan akan berpengaruh pada tipe calon ibu dan calon ayah yang dipilih sebagai pendamping hidup.

4 Kategori Pasangan:

Plus + Plus (shalih + shalihah)

Plus + Minus (shalih + tidak shalihah)

Minus + Plus (tidak shalih + shalihah)

Minus + Minus (tidak shalih + tidak shalihah)

Mencari Jodoh:

الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ ۖ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ

Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)

(QS. An-Nur: 26)

* Bagaimana anda, seperti itulah jodoh anda.

* Keluarga/keturunan yang baik = varietas unggul + varietas unggul

 

* Perbaikilah diri maka anda akan mendapat pasangan yang baik. Bila enggan memperbaiki diri, maka orang yang baik akan mencari selain anda.

Mengapa ada Pernikahan ?

– Menyatukan potensi kebaikan

– Saling melengkapi dan menguatkan

– Sunnah Allah berpasangan

– Perasaan –NORMAL- yang Allah ciptakan

– Pakaian yang menutup aurat sekaligus menjadi kebanggaan

Mengapa Menikah dan Berkeluarga?

– Fitrah dan perintah Allah dan Nabi-Nya

– Struktur sosial terkecil

– Merekayasa kepemimpinan dan kesalihan sosial

– Kumpulan beberapa individu (pribadi) yang telah dibina sebelumnya, untuk membina pribadi lainnya

– Membendung tersebarnya potensi kemungkaran dan keburukan sosial

Takdir Jodoh:

– Harus dicari dan diusahakan dengan kemampuan maksimal

– Dilakukan dengan memperbaiki diri

– Antara idealisme dan realitas

– Mencari manusia BUKAN malaikat

– Sebagai wawasan untuk mendidik keluarga

MENJEMPUT JODOH:

– Serius dengan menyatakan keinginan pernikahan > meminang (khitbah), tanpa ada pacaran.

– Proses akad nikah (dengan segala rukun dan syaratnya)

– Walimah (sosialisasi) kepada keluarga dan lingkungan

– Adaptasi dan menguak rahasia pribadi dengan filosofi PAKAIAN (istri adalah pakaian suami, dan suami adalah pakaian istri)

Memilih Calon Pasangan:

Kriteria asasi: agama

Kriteria manusiawi: keturunan, kecantikan, harta

Kriteria taktis: kesuburan, kesetaraan, kesehatan

Perspektif Sunnah:

Kenapa faktor agama?

Lelaki yang shalih dan taqwa akan memuliakan dan menghargai pasangannya, dan bertanggung jawab untuk kebaikan dunia-akhirat bagi keluarganya.

Perempuan yang shalihah akan mentaati Rab-nya, mentaati suaminya, dan menyadari keharusan menjaga kehormatan diri dan keluarganya.

Pasangan yang taat akan mudah bersyukur saat bahagia, dan kuat bersabar saat hidup tak bahagia.

Mereka hidup berinteraksi dengan realitas bermodal iman dan optimis.

Berinteraksi dengan pasangannya dengan wafa` dan tadlhiyah (komitmen dan pengorbanan).

Sangat ideal bila menggabungkan seluruhnya: agama, keturunan, kecantikan, dan harta.

Tetapi bila tak ada yang sempurna seperti itu, agamalah yang utama.

Mungkin ada yang sempurna, tapi sepertinya ia keberatan menerima anda, karena ia tak menemukan kesempurnaan pada diri anda.

Jangan berharap mendapat yang sempurna bila anda tak memiliki kesempurnaan: agama, keturunan, rupawan/canti, dan harta.

Kenapa disunnahkan melihat?

Agar lebih memantapkan kasih sayang dalam berumah tangga, dengan syarat ada keinginan kuat meminangnya.

Kebolehan melihat tidak dalam arti bolehnya pacaran, karena kriteria ‘melihat’ sangat ketat dan terbatas.

Sedangkan pacaran zaman sekarang sudah di luar batas kewajaran: agama dan sosial.

Ada yang bilang:

Bukankah dengan pacaran lebih mengenalkan pribadi masing-masing sehingga lebih menjamin abadinya hubungan?

TIDAK SELAMANYA.

Banyak yang berpacaran luuuaaaaama, kemudian menikah disaksikan seantero negeri….tapi, dalam hitungan hari-pekan-bulan-tahun hancur berantakan.

Sangat buaaaanyak yang berumah tangga tanpa muqaddimah pacaran: ternyata hidup penuh sakinah, mawaddah, rahmah, dan barakah.

Kenapa disunnahkan menyegerakan?

Alasan agama:

Anjuran syariat agar segera menikah.

Fitnah lawan jenis yang semakin dahsyat, tak pandang shalih atau shalihah, bila serangan fitnah lawan jenis bertubi-tubi, akan jebol benteng pertahanan.

Alasan medis & psikologis:

Bertambah umur kualitas sperma mulai berkurang dan fungsi tubuh yang menurun secara perlahan dengan bertambahnya umur.

Usia tua merupakan faktor risiko terjadinya kerusakan (mutasi) DNA sehingga lebih berisiko untuk melahirkan anak yang kurang sehat.

Terlambat menikah kemudian bertumpuknya sperma juga merupakan faktor risiko dari kanker prostat.

Secara psikologis laki-laki yang tidak menikah lebih tidak tenang serta kurang memiliki visi hidup ke depan.

Kenapa disunnahkan sosialisasi (walimah)?

– Agar keluarga bergembira dan bersukacita menyaksikan keberhasilan tahapan pendidikan keluarga

– Menjadikan masyarakat sebagai saksi atas perlehatan Sunnah dan syi`ar agama.

– Agar tak ada yang curiga bila pasangan yang sudah menikah itu jalan berdua.

Kapan Meminta Seseorang Menjadi Pendamping hidup?

SEKARANG

Bila sudah lama berpacaran: berhentilah berpacaran, segera temui keluarganya mohon ridla dan persetujuan.

Bila tidak berpacaran: bertanyalah kepada orang-orang yang anda percaya untuk menunjukkan siapakah yang mendekati ideal.

MENERIMA PINANGAN

Diriwayatkan oleh Fathimah binti Qais –radliyallahu `anha- bahwa beliau meminta pendapat Rasulullah –shallallahu `alaihi wa sallam. Kata Fathimah, “Ya Rasulallah, saya dipinang oleh Mu`awiyah bin Abi Sufyan, Abu Jahm bin Hudzaifah, dan Usamah bin Zaid”.

Rasulullah menjawab, “Kalau Abu Jahm, dia suka memukul istri. Kalau Mu`awiyah, dia miskin, tidak berharta. Menikahlah dengan Usamah.”

Fathimah enggan dan memberi isyarat dengan tangannya, “Mengapa Usamah?”

Rasulullah berkata, “Taat kepada Allah dan Rasul-Nya adalah lebih baik bagimu.”

Fathimah melanjutkan ceritanya, “Aku kemudian menikah dengan Usamah. Ku temukan kebahagiaan bersamanya.” (HR. Muslim)

Rasulullah tidak melarang menjadikan ‘harta’ sebagai pertimbangan menerima pinangan. Bahkan beliau memberi saran kepada Fathimah binti Qais agar tidak memilih Mu`awiyah, karena ia tidak berharta. Kalau sekiranya pertimbangan harta itu buruk, tentu Rasulullah tidak berkata, “Mu`awiyah itu miskin”. Rasulullah tidak mengingkari bahwa harta menjadi salah satu unsur dalam membangun bahagia dalam rumah tangga.

Tapi, ada yang lebih penting sebagai bahan pertimbangan, yaitu agama. Karena itu Fathimah binti Qais disarankan agar memilih Usamah bin Zaid. Seorang pemuda yang tumbuh dalam lingkungan keluarga Nabi, dan tidak pernah tersentuh debu-debu jahiliyah. Beliau adalah hibba Rasulillah, kesayangan Nabi.

Sesungguhnya ada yang lebih penting yang diinginkan oleh Rasulullah dalam menerima pinangan. Yaitu, terimalah pinangan karena faktor yang diridhai oleh Allah –ta`ala- dan Rasul-Nya. Dan keridhaan itu ada dalam ‘agama’ dan ada dalam ‘harta’, tapi dengan syarat pemiliknya shalih dan taat beragama.

Bagaimana mempertemukan faktor agama dan ‘harta’ dalam menerima pinangan?

Dikisahkan dalam kitab Jirahat al Qulub (1437/2016, hal. 1/469-470) bahwa Imam Ahmad –rahimahullah- memiliki resep mujarab. Salah satu fuqaha` ahlissunnah itu berkata, “Jika ada orang yang meminang anakmu atau saudarimu, bertanyalah terlebih dahulu tentang ‘harta’nya, kemudian bertanyalah tentang agamanya. Jika engkau ridha pada ‘dunianya’, lanjutkan bertanya tentang agamanya. Jika engkau ridha pada agamanya, maka terimalah. Dan bila tidak, maka tolaklah.

Dan jangan bertanya terlebih dulu tentang agamanya. Khawatirnya, bila engkau ridha pada agamanya kemudian engkau bertanya tentang hartanya. Selanjutnya, bila ternyata soal hartanya tidak menarik dirimu, engkaupun menolaknya. Akibatnya, engkau menolak faktor agama karena pertimbangan harta.”

Resep Imam Ahmad ini menjadi pelajaran penting. Jangan sampai terjadi: menerima pinangan karena faktor agama, tapi setelah mengetahui bahwa si calon ‘belum berharta’, ia pun meratapi, menyesal, bahkan merendahkan pasangan hidupnya (atau menantunya).

Untuk kaum lelaki… Jangan takut melangkah untuk menikah.

Jangan memperlambat lajunya kebangkitan ummat, dg menunda melamar calon yang sdh anda pilih sebagai calon pendamping hidup.

Wallahu a’lam bisshawab

Kapan Memintanya sebagai pendamping hidup?  SEKARANG!  GO

SESI TANYA JAWAB

Pertanyaan:

1. Bagaimana cara seorang perempuan dalam mencari jodoh ust? Perempuan dalam adat timur cenderung pasif, harus menunggu dipinang, jika agresif maka akan dijadikan buah bibir. Bagaimana bentuk iktiar yg baik bagi perempuan untuk mencari jodoh?

2. Kalaupun seandainya salah satu orang tuanya tidak shalih, namun calon suami itu seorang yang agama maupun harta sudah mapan, itu apakah bisa dipertimbangkan sbg calon yang baik/layak utk kita?

3. Bolehkah kita membuka diri atau bertaaruf dgn lebih dari 1 org sbg pertimbangan?

Jawaban:

  1. a Ikhtiar spiritual: memohon kepada Allah
    b. Ikhtiar moral: perbaiki diri sampai menyaksikan anda siap dipertemukan dg jodoh.
    c. Ikhtiar sosial: minta saran kpd yang anda percaya. Dan bila sdh mantap dg seseorang, tak mengapa meminta org yg dipercaya itu menyampaikan kpd yg dimaksud.
    Yg demikian guna menghindari pandangan negatif
  2. Boleh. Anda menikah dg yg shalih itu. Smg bisa berdakwah kpd keluarganya kelak
  3. Taarufnya harus syar’i dan tetap menjaga hati, dan tanpa menyakiti kaum putri

Pertanyaan:

  1. Bagaimana jika kita sudah siap ingin menikah, akan tetapi orang tua kita tidak setuju karena beliau masih mempercayai adat Jawa dan lain sebagainya.
    Contohnya seperti arah rumah yg tidak pas, tgl lahir (weton).
    Lalu bagaimana cara kita menyikapi hal tersebut?
  2. Bagaimana bila kita pacaran/ada hubungan dg orang yg sudah punya tunangan??? Tetapi dia tunangan atas dasar tdk saling menyukai, alias hasil perjodohan orang tua saja, berdosakah kita bila tetap melanjutkan hubungan td dg niat baik untuk menikahi, sampai dia benar2 putus dg tunangannya.
  3. Bagaimanakah cara melakukan taaruf yg baik dan benar, perlukah melibatkan pihak ketiga sbg penengah dlm proses taaruf?

Jawaban:

  1. Ini bagian dari dakwah. Tunjukkan bahwa anda anak yg berbakti.
    Lakukan dialog dg santun, jangan menggurui orang tua. Dan doakan org tua agar dibuka hatinya.
  2. Pacaran itu ‘berbahaya’, banyak dosanya. Apalagi terhadap yg sudah dipinang oleh org lain. Rasullullah melarang meminang atas pinangan org lain, kecuali bila ybs menyatakan menolak pinangan itu
  3. Penengah penting. Untuk menjaga diri dan hati masing-masin
/ Agenda, Berita, Essay

Share the Post

About the Author

Comments

No comment yet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

en_USEnglish
en_USEnglish